Rabu, 07 Agustus 2013

MENYOAL DAGING (SAPI)



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Pergerakan harga daging sapi terus mengalami peningkatan mendekati Lebaran. Jika kemarin harga daging sapi sudah mencapai Rp 110 ribu per kilogram, kini harganya terus naik hingga mencapai Rp 130 ribu per kilogram. Sedangkan harga ayam potong dari yang semula hanya Rp 40 ribu per ekor, kini melonjak jadi Rp 50 ribu per ekor.

Dede (48) pedagang daging sapi di Pasar Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, mengatakan naiknya harga daging sapi lokal sudah terjadi sejak tiga hari lalu. “Hari minggu harga daging sapi masih mencapai Rp 110 ribu per kilogram. Saat ini sehari jelang Lebaran kembali naik  antara Rp 125-130 ribu per kilogram,” ujar Dede, Rabu (7/8) seperti dilansir situs berita jakarta.

Dede mengaku untuk kebutuhan Lebaran ia menambah stok daging sapi, dari yang pada hari biasa hanya 50 kilogram kini menjadi 150 kilogram. Tambahan stok itu, karena meski harganya mahal, pembeli masih banyak yang mencari. “Meski harganya naik tinggi, tapi tetap saja banyak yang beli,” terang Dede.

Hal senada juga diutarakan Maskuri (40) pedagang daging sapi di Pasar Kopro, Slipi. Menurutnya tingginya harga daging sapi yaitu sebesar Rp 125 ribu per kilogram, tak membuat ia dan rekan-rekannya mengurangi stok jelang Lebaran. “Hari biasa saya hanya menjual sebanyak 50 kilogram. Tapi jelang Lebaran nambah jadi 100 kilogram lebih ditambah bagian dalam dan kaki. Biasanya kalau pun ada sisa hanya sedikit antara 5 kilogram,” jelas Maskuri.

Langkah pemerintah menambah kuota impor daging sapi ternyata belum mampu menekan harga ke titik normal. Di beberapa daerah di Indonesia, harga daging sapi masih tergolong tinggi, di atas Rp 100.000 per kilo gram (kg).
Meski Bulog telah mengimpor sebanyak 5.000 ton daging sapi asal Australia, harga daging sapi hingga H-2 tak kunjung turun. Ketua Komite Daging Sapi (KDS) Sarman Simanjorang mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya harga daging sapi.

Salah satunya adalah ketidakpastian pemerintah menjamin daging lokal untuk menyuplai kebutuhan pasar. Pemerintah dianggap lamban mengantisipasi kebutuhan daging sapi menjelang Idul Fitri. Terakhir, total impor 5.000 ton sapi tidak berdampak signifikan menekan harga karena kedatangannya tidak sekaligus.
"Kedatangan sapi bakalan siap potong juga sudah terlalu mepet sehingga tidak bisa didistribusikan secara merata," jelas Sarman kepada wartawan, Rabu (7/8).

Menurut Sarman, seharusnya pemerintah sudah melakukan evaluasi kebutuhan daging sapi 3 bulan sebelum Ramadan. Jika daging lokal tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar, maka alternatif daging impor dapat dilakukan, sehingga sebelum Ramadan sudah tersedia.

Sarman menuturkan, tidak heran jika harga daging sapi masih tinggi di pasaran. Sebab, operasi pasar yang dilakukan Bulog dinilai tidak optimal dan efektif. Seharusnya Bulog melakukan operasi pasar langsung ke pemukiman masyarakat, melalui kecamatan atau kelurahan," tegasnya.

Sementara itu  PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) (Persero) menjual daging sapi dalam kemasan seharga Rp 70.000 per Kg dengan merek Raja Daging. Bahkan daging ini diklaim lebih murah dari daging sapi impor versi Ahmad Fathanah yang dijual di atas Rp 90.000 per kg.

"Rp 20.000 lebih murah dari daging sapi berbasis Fathonah (Rp 90.000 per Kg). Sementara kita berbasis barokah," ucap Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro dengan nada canda pada acara peluncuran Raja Daging di Kantor Pusat RNI, Mega Kuningan Jakarta Selatan, Rabu (26/6/2013).

Kenaikan Harga Daging Sapi juga dikeluhkan Pedagang. Para pedagang daging sapi di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, mengeluh harga jual daging yang terus menanjak. Mereka menyalahkan para spekulan daging, hingga dikaitkan dengan kasus korupsi kuota impor daging.
Aher, salah satu pedagang daging mengatakan, harga daging sapi mengalami kenaikan yang tidak wajar. Setelah sempat menyentuh Rp 90.000/kg, harga daging sapi stagnan di angka Rp 95.000/kg. Kemudian terus naik hingga puncaknya menjelang ramadan.
“Meningkat terus dan bergerak tidak wajar menjadi Rp 110.000/kg. Kalau harga tidak dapat ditekan, harga bisa mencapai Rp 120.000/kg menjelang lebaran,” kata Aher di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (18/07).
Dikatakan Aher, para pedagang  kesal karena omsetnya berkurang hingga menuduh teman dari mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Iskak itu penyebab dari tingginya harga daging.
“Kami sudah capek urus daging, daging terus. Ini ulahnya Ahmad Fatanah yang bisa atur-atur (harga) daging sampai tinggi seperti sekarang,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar