Selasa, 17 Mei 2011

Kabupaten Blora Upayakan Kontribusi Swasembada Gula di Jawa Tengah



Saat ini Pemerintah sedang menggalakan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha Pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan,mengingatIndonesia merencanakan Swasembada Gula Nasional sebesar 5 juta ton pada tahun 2014.
Sedangkan Provinsi Jawa Tengah berharap mampu memenuhi kebutuhan gula di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 368.000 ton. Perhitungannya jika penduduk Jawa Tengah pada 2013 diprediksi sebanyak 34 juta jiwa, dengan konsumsi gula per kapita per tahun 12 kilogram (sesuai standar nasional), maka kebutuhan gula tebu Jateng adalah 90% x 12 kg x 3.400.000 sama dengan 367.200 ton atau dibulatkan 368.000 ton.
Swasembada gula diartikan sebagai tercukupinya gula berbasis tebu minimal 90% dari kebutuhan konsumsi seluruh masyarakat di Jateng. Dalam sistim pergulaan nasional, kebutuhan gula dibagi dua, yakni untuk konsumsi langsung (rumah tangga) dengan kualitas gula kristal putih (GKP), dan konsumsi tidak langsung untuk industri makanan, minuman dan farmasi dengan kualitas gula Kristal rafinasi (GKR).
Di Kabupaten Blora saat ini mengembangkan areal tanaman tebu seluas 54.000 hektar, dengan harapan mampu memberi kontribusi perluasan area tanaman tebu pada tahun ini seluas 3.800 hektar, kemudian pada tahun 2013 seluas 4.488 hektar, tahun 2014 seluas 5.144 hektar dan tahun 2015 seluas 6.000 hektar.
Selain itu, Kabupaten Blora juga mengupayakan kontribusi swasembada gula di Jawa Tengah dengan membangun pabrik gula di Blora, yaitu Pabrik Gula Blora – PT.Gendis Multi Manis yang ada di Desa Tinapan Kecamatan Todanan. Pemerintah Kabupaten Blora memiliki optimisme yang cukup tinggi dalam upaya perluasan areal tanaman tebu mengingat potensi lahan di Blora yang dapat dimanfaatkan seluas 7.036 hektar, dengan rincian potensi areal persawahan seluas 355 hektar, areal tegalan selus 3.061 hektar, dan areal lahan kritis seluas 3.080  hektar. Sedangkan realisasi per April 2012 sudah mencapai 2.127,87 hektar.
“Bukankah luar biasa potensi Blora untuk sektor komoditi tebu ini ? jika kita yakin dengan potensi riil ini masihkah petani di Blora tidak optimis dengan peluang investasi ini ? Jika semua optimis, maka Pemkab Blora berharap salah satu urat nadi perekonomian di Blora akan ditopang oleh industri gula lokal kita, sehingga saya tidak ingin lagi mendengar keluh kesah petani gula kita yang ditolak produksi tebunya atau dihargai dengan sangat murah,” ungkap Bupati Blora Djoko Nugroho pada saat panen tebu perdana Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora, di Kecamatan Japah..
Pada kesempatan tersebut, Bupati Djoko Nugroho berharap agarAPTRI Kabupaten Bloramembantu petani gula di Blora dalam hal, pertama  Informasi yang memadai tentang bibit tebu unggulan yang berasal dari KBD (Kebun Bibit Datar), baik cara mendapatkannya, informasi harga, cara tanam sampai dengan cara pemeliharaan yang baik hingga masuk pada masa panen, kedua Kemitraan antara petani dengan Pabrik Gula yang ada di wilayah Jawa Tengah, sehingga produksi tebu di Blora berkorelasi langsung dengan upaya swasembada gula di Provinsi Jawa Tengah.












Usai Pabrik, Blora Siapkan Lahan Tebu



SEMARANG - Setelah pabrik gula digadang-gadang akan didirikan di Blora dan Purbalingga, kini pemerintah Provinsi Jawa Tengah merencanakan perluasan lahan tebu pendukung guna memenuhi kebutuhan pasokan tebu ke kedua pabrik tersebut.


Berdasarkan perkiraan, dari kapasitas produksi pabrik di Blora, setidaknya membutuhkan luas lahan sekira 8.000 hektare (ha) sebagai pemasok tanaman tebu sebanyak 4.000 ton per hari. Sedangkan untuk pabrik di Purbalingga, membutuhkan lahan seluas 12 ribu ha dengan estimasi pasokan tebu sebanyak 5.000 ton per hari.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jateng, Teguh Winarno, mengatakan, potensi kedua daerah tersebut sangat besar jika dilakukan perluasan lahan tebu. Apalagi jika ditambah dengan daerah-daerah di sekitarnya, jelas akan membuat pasokan tebu rakyat mencukupi suply bahan baku ke kedua pabrik tersebut.

“Potensi lahan di Blora sendiri mencapai 8.750 ha, sedangkan potensi di Purbalingga mencapai 16 ribu ha. Ini termasuk tambahan dari daerah disekitarnya, seperti Jepara, Rembang, Pati, Kudus, Grobogan, Banyumas, Banjarnegara, dan Cilacap,” ungkapnya, di Semarang.

Dengan potensi luas lahan tersebut, tentunya tanaman tebu rakyat tak akan kekurangan jumlah produksi. Sehingga, para pengusaha pabrik gula akan tertarik membeli dengan pertimbangan harganya yang murah serta mudah didapat dari daerah sekitar pabrik gula.

Untuk di Jateng sendiri, saat ini lahan tebu yang ada hanya seluas 56.910 hektar. Dan, hingga 2013 mendatang ditargetkan akan mencapai 67 ribu ha luas lahan. Hal ini seperti yang direncanakan dalam program Swasembada Gula 2013.

"Pemerintah akan terus berusaha melakukan sosisialisasi kepada warga sekitar pabrik gula untuk mau menanam tebu. Memang kita akui kalau tebu susah untuk ditanam, tapi bila nantinya sudah tau cara yang tepat untuk menanam tebu dan hasilnya berlimpah maka petani akan dipastikan beralih menanam tebu," pungkas Teguh.

Target pemerintah sendiri dalam program Swasembada Gula 2013 sendiri salah satunya adalah bisa menekan angka pasokan gula impor. Targetnya selama empat tahun penerapan, pada tahun pertama persentasenya 25 persen tebu rakyat : 75 persen gula mentah impor. Tahun kedua 50:50, tahun ketiga 75:25, dan tahun ke empat mencapai 100 persen produksi gula nasional berasal dari tebu rakyat.



Sumber_____ http://economy.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar